Whats On

Gandeng Sekolah Ekspor, Kemendag Cetak Eksportir Baru

VemmeDaily.com, Jakarta – Kementerian Perdagangan mempertajam berbagai strategi untuk meningkatkan ekspor, guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional. ZDi masa pandemi ini, ekspor Indonesia menunjukkan peningkatan dalam beberapa bulan terakhir, khususnya pada Agustus 2021 yang mencatatkan nilai tertinggi tahun ini sebesar USD 21,42 miliar. Keberhasilan di tengah kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19 sangat menggembirakan. Bekerja sama dengan Sekolah Ekspor, Kemendag ingin meningkatkan ekspor dengan cara mencetak eksportir baru.

Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto dalam webinar ‘Menggali Potensi Dagang Indonesia-Eropa: From Paris to Hamburg’ yang diselenggarakan Kemendag dan Sekolah Ekspor pada Kamis (23/9). Webinar ini menghadirkan narasumber Analis Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Hesty Syntia PK, Atase Perdagangan Paris Ruth Samaria, Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Hamburg Eka Sumarwanto, serta sebagai moderator Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono dan Shania B. Mahir.

“Kerja bersama yang telah dilakukan selama ini perlu kita pertahankan. Generasi muda dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diharapkan dapat menjadi eksportir sesuai mandat Presiden RI Joko Widodo untuk mencetak 500 ribu eksportir baru,” jelas Suhanto.

Suhanto menambahkan, saat ini, Indonesia memiliki Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan sedang mengintensifkan pembahasan Indonesia-European Union (EU) CEPA. “Pemanfaatan perundingan perdagangan harus disiapkan dengan pembekalan bagi eksportir baru dan calon eksportir agar mampu menyiapkan diri untuk melakukan ekspor seluas-luasnya,” terang Suhanto.

Analis Perdagangan Ditjen Daglu Hesty memaparkan, saat ini, Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin (COO) dapat digunakan eksportir untuk memanfaatkan tarif preferensi ke negara tujuan ekspor yang jalurnya sudah dibuka dengan perundingan perdagangan.

“Eksportir bisa mendapat penurunan atau bahkan pembebasan tarif biaya masuk. Dengan Uni Eropa (UE), Indonesia diberi skema secara sepihak atau hanya berlaku di sisi ekspor. Artinya, ekspor ke negara anggota UE, termasuk Prancis dan Jerman, diberlakukan skema generalized system of preference (GSP),” terang Hesty.

Selain itu, SKA juga memiliki kegunaan sebagai dokumen masuk komoditas ekspor Indonesia ke negara tujuan ekspor untuk mencegah free rider, penetapan negara asal barang (country of origin), pencairan letter of credit, pengamanan perdagangan, serta sebagai data statistik dan repeat order. “Pengurusan SKA sudah dapat dilakukan secara daring di https://e-ska.kemendag.go.id. Pelaku usaha tidak perlu repot mengetik dan pendaftarannya gratis,” imbuh Hesty.

Sementara itu, Atdag Paris Ruth Samaria menjelaskan, lima besar ekspor nonmigas Indonesia ke Prancis pada periode Januari—Juni 2021 meliputi alas kaki senilai USD 177,91 juta, mesin elektrik USD 195,1 juta, furnitur USD 65,01 juta, CPO USD 77,67 juta, dan pakaian USD 50, 18 juta. “Sedangkan, komoditas ekspor Indonesia yang berpotensi besar di Prancis meliputi kopi, perhiasan, dan produk kecantikan,” jelas Ruth.

Ruth menambahkan, salah satu akses untuk memasuki pasar Prancis adalah melalui pasar swalayan. “Dari penjajakan bisnis beberapa hari lalu, sebuah pasar swalayan menyatakan sedang mencari buah segar dari Indonesia. Peluang ini dapat dimanfaatkan eksportir Indonesia,” ungkap Ruth.

Ruth menyarankan beberapa hal terkait ekspor ke Prancis. Pertama, memfokuskan klasterisasi terhadap jenis produk. Misal, buah difokuskan pada buah eksotik, seperti buah naga, pepaya, dan manggis. Kedua, mengupayakan produk lebih spesial atau niche. Ketiga, menyadari bahwa persaingan cukup ketat. Keempat, memperhatikan aspek organik dan indikasi geografis. Kelima, menyiapkan kesan pertama yang baik. Keenam, mempersiapkan berbagai sertifikasi yang diminta.

Kepala Indonesian ITPC Hamburg Eka Sumarwanto menjelaskan, lima besar ekspor nonmigas Indonesia ke Jerman pada 2020 meliputi alas kaki, pakaian, mesin elektrik, minyak hewani dan nabati, serta perabotan mekanik. “Produk ekspor Indonesia yang berpotensi besar di Jerman antara lain kopi, kayu lapis, produk udang, dan produk ikan. Nilainya diperkirakan melebihi USD 290 juta,” imbuh Eka.

Menurut Eka, di Eropa, keberhasilan sebuah produk sangat ditentukan oleh kemasannya, dimana harus aman dan menarik. Masyarakat Jerman juga menyukai furnitur kayu yang ringan dan tahan lama. Produk bumbu diimpor dalam jumlah besar, kemudian dikemas ulang di Jerman. “Produk turunan kelapa sangat populer di Jerman, seperti gula kelapa, kelapa parut kering, air kelapa, santan, dan minyak kelapa,” ungkap Eka.

Eka juga memberikan beberapa tips terkait melakukan ekspor ke Jerman. “Pertama, mengenali perusahaan sendiri. Kedua, label produk disarankan lengkap. Ketiga, memiliki situs web yang informatif. Keempat, transparan dalam melakukan kesepakatan. Kelima, menggunakan media sosial seperti Instagram. Keenam, mempelajari budaya dan bahasa Jerman,” pungkas Eka.

Webinar diikuti 700 peserta dari kalangan umum dan mahasiswa Sekolah Ekspor. Bertema menggali potensi dagang Indonesia, webinar ini direncanakan akan digelar secara reguler dengan mengulas potensi ekspor negara dan kawasan potensial lainnya.

To Top