Lifestyle

Cara Jitu Ajari Anak Berpuasa

VemmeDaily.com, Jakarta – Anak kecil memang belum diwajibkan untuk berpuasa, tapi mengenalkan dan mengajarkan nilai positif menjalankan puasa sebaiknya dilakukan sejak dini pada anak. Mengajarkan anak untuk berpuasa bisa dilakukan sejak dini. Usia empat tahun merupakan usia yang baik bagi orangtua untuk mulai mengajarkan anaknya berpuasa.

Orangtua bisa mengajarkan anak berpuasa dengan mengikutkan anak dengan ritual yang berhubungan dengan puasa, misalnya anak ikut sahur bersama orangtuanya. Pada saat sahur, orangtua dapat menyediakan makanan yang bukan hanya mencukupi kebutuhan nutrisi anak, namun juga menarik untuk dimakan oleh anak.

Dalam mengajarkan anak berpuasa bisa dilakukan dengan cara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Proses mengajarkan anak berpuasa tidak boleh dipaksakan tapi lebih kepada sesuatu yang menyenangkan.

Jelaskan dengan cara yang tidak menakuti anak seperti nanti kalau makan dosa, tapi jelaskan apa manfaat yang bisa ia dapat dari berpuasa.

Mengajarkan anak untuk memahami arti berpuasa harus dengan cara yang sederhana yang bisa dipahami oleh anak-anak. Ada beberapa hal yang harus Anda ketahui dalam mengajarkan arti puasa pada anak, yaitu:

Ketahui Keadaan Fisik Anak.

Sebelum mengajarkan anak berpuasa orangtua hendaknya mengetahui dulu bagaimana keadaan fisik anaknya. Bawalah anak Anda ke dokter untuk mengetahui apakah keadaan fisik anak Anda cukup kuat untuk menjalani puasa. Apakah ada penyakit tertentu yang tidak memungkinkan anak untuk menjalankan puasa.

Orangtua juga perlu memperhatikan nutrisi pada saat sahur dan berbuka puasa. Selain itu, orangtua juga perlu memperhatikan kegiatan anak ketika sedang berpuasa sehingga mereka tidak mudah kelelahan atau kehausan.

Ajarkanlah anak untuk berpuasa secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuannya. Untuk anak yang baru mulai berlatih berpuasa, mulailah dengan berpuasa selama 3-4 jam saja, lalu perlahan-lahan puasa hingga jam 12 siang. Untuk anak yang sudah besar, bisa perlahan-lahan diajarkan untuk berpuasa hingga maghrib.

Berikan Contoh

Dalam mengajarkan anak berpuasa yang paling baik adalah dengan memberikan contoh. Anak lebih mudah meniru apa yang dilihat daripada hanya mendengar penjelasan melalui kata-kata saja. Misalnya, bagaimana bersedekah dan bagaimana berempati kepada orang lain.

Orangtua juga dapat membacakan cerita-cerita yang dapat mengajak anak berempati, misalnya tentang anak-anak yatim piatu atau orang-orang miskin yang hidup dengan keterbatasan sehingga mereka tidak bisa makan dengan cukup. Dengan berpuasa, anak-anak dapat merasakan penderitaan orang lain yang hidup dengan keterbatasan

Setelah memberikan contoh, orangtua kemudian bisa menjelaskan pada anak kenapa harus berpuasa, kenapa harus berbagi pada sesama, dan kebaikan lain yang perlu dilakukan. Jelaskanlah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.

Bangun Suasana yang Menyenangkan

Suasana yang menyenangkan akan membuat anak memiliki pengalaman dalam dirinya bahwa menjalankan puasa itu bukanlah suatu yang menakutkan. Biasanya anak sulit saat diajak untuk makan sahur maka buatlah suasana sahur menjadi menyenangkan bagi anak dengan menyediakan menu yang disukainya.

Selain itu orangtua juga bisa membuat kegiatan yang membuat anak senang selama bulan Ramadan seperti shalat di mesjid-mesjid yang berbeda setiap malam, berbuka dengan seluruh keluarga dengan makanan yang enak dan nikmat bagi anak, juga melakukan kegiatan bersama saat menunggu berbuka puasa.

Dengan demikian anak menjadi tidak takut menghadapi puasa dan justru akan menantikan saat berpuasa.

Motivasi Internal

Adakalanya orangtua memberi dorongan anak untuk berpuasa dengan memberikan iming-iming hadiah atau uang. Hal ini tidak salah dilakukan namun justru jangan dijadikan kebiasaan. Agar anak termotivasi dengan sendirinya untuk menjalankan puasa yang perlu ditekankan oleh orangtua adalah membangun dorongan internal pada diri anak.

Caranya adalah dengan menjelaskan manfaat-manfaat yang akan diperoleh anak selama menjalankan puasa. Terkadang ada orangtua yang lebih menekankan pada sisi negatifnya, seperti kalau tidak puasa nanti kamu akan dosa.

Hal itu memang terjadi tapi alangkah lebih baiknya jika yang ditekankan pada anak adalah apa manfaat positif yang akan dia terima. Dengan begitu anak akan termotivasi dengan sendirinya dari dalam.

Iming-iming hadiah hanya bersifat sementara. Di saat orangtua tidak ada atau lalai memberikan hadiah kebaikan dan puasa yang ia lakukan akan putus di tengah jalan. Jika anak sudah memahami manfaat kebaikan yang ia akan terima tentu ada atau tidak orangtua yang mengawasi anak tetap akan menjalankan puasa.

Berikan Reward yang Bermakna

Setiap hal baik yang dilakukan anak perlu orangtua apresiasi. Bentuknya bisa hal sederhana seperti sebuah pelukan, ciuman, atau pujian. Namun jika orangtua memang ingin memberikan hadiah dalam bentuk barang sebaiknya ditanyakan dahulu kepada anak apa yang mereka inginkan sehingga apa yang diterimanya benar-benar memiliki arti baginya.

Orangtua juga bisa memberikan hadiah dengan sistem token. Misalnya, anak menginginkan hadiah bola dan bola itu bisa ia dapatkan jika berhasil menjalankan puasa selama sepuluh hari. Jadi jangan diberikan setiap hari. Lama-kelamaan iming-iming hadiah ini akan hilang dan motivasi lebih muncul dalam diri anak sendiri.

To Top