VemmeDaily.com, Jakarta – Serangkain tweet yang diunggah oleh ketua organisasi kesehatan dunia WHO baru-baru ini menunjukan betapa besarnya bahaya penggunaan cairan elektrik (vape) bagi kesehatan manusia. Dalam tweet tersebut ia mengungkapkan jika rokok vape (E-cigarettes) sangat berbahaya bagi kesehatan dan tidak aman digunakan.
Selain ketua WHO, beberapa pakar kesehatan dunia juga banyak yang mengeluarkan peringatan akan besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh cairan elektrik (vape). Meskipun telah diberi peringatan, namun penggunaan rokok elektrik terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, sejak dinyatakan legal pada tahun 2018, jumlah pengguna vape aktif tercatat telah mencapai angka 1 juta orang pada bulan September 2019.
Sebagian dari mereka memilih vape sebagai bagian dari terapi untuk berhenti merokok tembakau. Sisanya, memilih vape karena alasan harganya yang lebih ekonomis dan dibandingan dengan rokok tembakau. Selain itu, mayoritas pengguna vape juga menganggap efek vape lebih aman daripada rokok konvensional. Namun, Johns Hopkins Medicine, Direktur Penelitian Klinis di Johns Hopkins Ciccarone Center Michael Blaha, M.D., M.P.H. mengatakan bahwa vape bukanlah pilihan sehat sebagai pengganti rokok. Ia pun menyebutkan beberapa bahaya konsumsi vape bagi kesehatan, di antaranya:
Picu penyakit paru
Vitamin E asetat kimia yang terkandung dalam vape dicurigai jadi penyebab penyakit paru-paru yang berujung kematian. Melansir CNN Rabu (11/9), enam orang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit paru yang terkait dengan kebiasaan vaping. Keenam kematian itu terjadi di Kansas, California, Illinois, Indiana, Minnesota dan Oregon, Amerika Serikat (AS).
Kecanduan Ganda
Meski diklaim sebagai cara untuk membantu Anda berhenti merokok, kehadiran vape ternyata belum mendapat persetujuan Food and Drug Administration (FDA) sebagai perangkat untuk menghentikan kecanduan nikotin.
“Anda bahkan membiarkan diri Anda untuk terpapar zat yang tidak diketahui keamanannya dan mungkin bisa sangat berbahaya,” kata Blaha. Dengan mengonsumsi vape untuk menghentikan candu nikotin, Anda justru berisiko terjebak dalam penggunaan keduanya. Tak sedikit orang yang kini terjebak kecanduan rokok konvensional sekaligus vape.
Bisa Meledak
Seorang remaja berusia 12 tahun di Nevada, AS, mengalami pendarahan mulut, gigi patah, dan lubang di bagian rahang akibat vape yang meledak.
Menciptakan Candu Baru
Pada 2015, ahli bedah umum AS melaporkan bahwa penggunaan vape di kalangan siswa sekolah menengah telah meningkat. Sebanyak 40% pengguna vape bahkan tidak pernah merokok tembakau biasa. Menurut Blaha, ada tiga alasan mengapa vape mungkin sangat menarik bagi kawula muda dan membentuk sebuah candu baru. Alasan pertama ialah anggapan bahwa vape lebih sehat karena mengandung vitamin dan perasa sari buah. Lalu, biaya untuk menghisap vape tergolong lebih murah ketimbang rokok konvensional. Ketiga, bau asap vape yang wangi serta tampilan yang trendi, juga membuat pengguna vape terlihat lebih gaya.
Jantung, Stroke, Kanker
Rokok Tembakau Modern Vape kini berkembang menjadi generasi baru rokok tembakau karena ditemukan mengandung nikotin. Nikotin sendiri memiliki efek negatif yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan seseorang terkena serangan jantung, stroke, dan kanker. Bahkan, seperti rokok, vape juga berbahaya bagi mereka yang menghirup asapnya secara pasif.