Figure

Dewi Susan Taruna, Owner Ayam Geprek Budew

November 2017 dibuka Restoran Ayam Geprek Budew Purwakarta

VemmeDaily.com, Jakarta – Berbisnis kuliner menjadi hal baru bagi Dewi Susan Taruna, Owner Ayam Geprek Budew. Awalnya ia dikenal sebagai pebisnis di bidang kecantikan dengan mengeluarkan skincare syar’i Rosegold Skincare.

Dewi akhirnya terjun di bisnis kuliner karena ingin membantu kakaknya yang ingin berbisnis kuliner. Kakaknya memiliki tempat tinggal yang bisa dijadikan usaha restoran di Purwakarta, Jawa Barat.

November 2017, dibukalah Restoran Ayam Geprek Budew Purwakarta yang terletak di dekat alun-alun, tepatnya di Jalan R.E. Martadinata, yang disebut juga Jalan Tengah. Sebelum restoran dibuka, Dewi melakukan promosi di media sosial Facebook dan sponsorship Instagram, serta menyebar flyer. Alhasil, ketika pertama kali dibuka Ayam Geprek sudah laku 200 porsi dalam dua jam.

“Prinsip bisnis saya, ketika berbisnis karena membantu orang lain dan membuka lapangan pekerjaan, maka ketika bisnis tidak sesuai yang diharapkan, kita sudah mendapatkan kebaikan, daripada semata-mata materi. Insya Allah, Allah akan bantu,” ucapnya.

Sukses dengan Ayam Geprek Budew Purwakarta, Dewi membuka resto di Islamic Village Tangerang, Bekasi, dan Bandung. Untuk membuka restoran, Dewi menggelontorkan modal awal sekitar Rp 200 juta, yang digunakan untuk membeli peralatan, interior dan sewa tempat. Untuk interior, Dewi mendesain sendiri dengan ide dari Pinterest.

“Di Bandung ini, saya suka tempatnya. Ketika menemukan tempat ini seperti feeling saja, lalu saya dekorasi,” paparnya.

Menu yang disajikan di restoran Ayam Geprek Budew, merupakan menu resep racikan Dewi. Dewi yang hobi memasak, bisa berlama-lama di dapur memasak menu-menu kesukaan keluarga. Ia belajar memasak dengan knowledge sehingga bisa memilih bahan makanan dan cara memasak yang sehat.

Untuk resep, Dewi sering berselancar di dunia maya dan mencoba resep dari Pinterest. Ia juga sering menonton acara televisi Asian Food Channel (AFC). Berbagai resep dikombinasikan dan disesuaikan dengan lidah Indonesia.

“Anak-anak suka makan, sering makan ke hotel-hotel. Akhirnya ada ide menciptakan makanan yang bisa dikonsumsi banyak orang dengan rasa seperti di hotel. Saya akhirnya mencari ide. Tidak langsung jadi, harus mencoba terus dan kuncinya jangan pernah puas dengan hasil. Sampai akhirnya menemukan menu yang cocok dan ini yang dipakai untuk Ayam Geprek Budew,” ucap Dewi.

Menu yang disajikan menggunakan bahan-bahan seperti ayam, tepung terigu, dan rempah-rempah merupakan pilihan terbaik. Dewi juga meracik resep menu Ayam Geprek Mozzarella yang beda dengan restoran lainnya, bahkan ada pilihan mozzarella yang dipedaskan menggunakan cabai segar, bukan cabai bubuk.

Selain itu, cara memasaknya juga sehat dan bersih. Tanpa MSG, minyak yang digunakan dijamin bagus, dan cabainya juga segar. Teknik pencucian ayam juga sangat diperhatikan. Menurutnya, jika salah mencuci ayam maka ketika digoreng akan keluar darahnya. Begitu pula untuk sayuran yang dicuci dengan air mengalir dan belim dipotong-potong agar kandungan gizinya tidak hilang.

“Keunggulan Ayam Geprek Budew, selain rasanya beda dengan variasi yang banyak sampai 10 sambal, kita menggunakan tepung yang berbeda dari yang lain karena racikan sendiri. Bahan-bahan yang digunakan juga segar karena awalnya resep untuk keluarga, pasti yang terbaik,” ucap Dewi.

Meski menargetkan segmen pasar keluarga, namun ternyata pengunjung Ayam Geprek Budew bervariasi. Saat jam pulang sekolah banyak anak-anak sekolah yang makan, siang hari saat makan siang banyak para pekerja, sore hari banyak anak-anak muda yang nongkrong, sementara hari banyak dikunjungi keluarga untuk makan malam bersama.

Dalam sehari, untuk satu cabang bisa terjual hingga 200 porsi pada weekdays, sementara saat weekend bisa terjual hingga 450 porsi. Banyaknya porsi yang terjual didukung oleh restoran yang bisa menampung banyak pengunjung. Di cabang Purwakarta bisa menampung sekaligus sekitar 150 orang pengunjung, di Tangerang bisa menampung sekitar 200 orang pengunjung, dan di Bandung bisa menampung sekitar 60 orang pengunjung.

“Strategi kita dirasa, jika rasa enak maka dari mulut ke mulut akan tersebar, tempat terpencil pun akan dicari. Kita juga melalui media sosial dan digital marketing, serta blogger food untuk di Bandung. Kita juga bekerja sama dengan Go-Food,” papar Dewi.

Dalam menjalankan bisnisnya, Dewi dibantu oleh branch manager yang bertanggungjawab untuk satu cabang. Dalam satu cabang jumlah karyawan sebanyak 7-22 orang karyawan. Sebagai owner, Dewi memantau setiap cabang dengan sistem pawon melalui ponsel. Dengan mengecek, maka ia mengetahui jumlah ayam yang laku terjual, suplai, serta stok bahan baku.

Rencana ke depan Dewi akan meluncurkan menu terbarunya Nasi Bali untuk restoran Ayam Geprek Budew Bandung, dengan harga terjangkau, sekitar Rp 20.000 hingga Rp 30.000. Jika sudah berjalan, maka menu ini juga akan tersedia di cabang-cabang Ayam Geprek Budew lainnya.

To Top