Lifestyle

Awas, Obat Herbal atau Jamu Berlebihan Bisa Sebabkan Gagal Ginjal

Obat-obatan yang beredar di masyarakat ada yang tidak memiliki izin, termasuk obat herbal/jamu.

Ilustrasi (via:istimewa)

VemmeDaily.com- Obat herbal atau obat tradisional yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memicu penyakit gagal ginjal. Menurut dr. Hery Emria, SpPd, KGH, dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, obat herbal/jamu dapat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan dan tidak jelas izinnya.

“Kita tidak melarang peredaran obat herbal, namun kami banyak mendapati pasien dalam kondisi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat karena setelah ditelusuri banyak mengonsumsi obat-obatan herbal yang tidak jelas isinya,” ungkapnya.

Definisi penyakit ginjal dalam ilmu spesialis ginjal hipertensi menurut dr. Maria Riastuti Iryaningrum dari RS Premiere Jatinegara dapat dibagi menjadi dua yaitu penyakit ginjal akut dan penyakit ginjal kronis.

“Yang umumnya terjadi di masyarakat kita adalah penyakit ginjal kronis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi yang sudah berlangsung kurang lebih selama tiga bulan. Lain halnya penyakit ginjal akut dapat terjadi pada orang yang mengalami diare hebat, kekurangan banyak cairan, dan tidak buang air kecil berturut-turut yang terjadi dalam waktu singkat,” terangnya.

Penentuan penyakit ginjal kronis dari hasil pemeriksaan air seni, fungsi dan struktur, serta pencitraan (ultrasonografi) dari laboratorium darah. Untuk penyakit ginjak akut, paling mudah ditandai dari pemeriksaan laboratorium dengan adanya peningkatan ureakretinin. Biasanya fungsi ginjal kembali normal jika diberikan penambahan cairan.

Penyebab penyakit ginjal kronis yang paling sering di Indonesia menurut dr. Maria Riastuti adalah hipertensi, diabetes, polikistik (kista pada ginjal). Obat-obatan juga bisa secara tiba-tiba menyebabkan ginjal akut pada orang yang ginjal alergi dan kasus kronik terjadi secara perlahan-lahan terjadi pada orang yang meminum obat penghilang nyeri.

Obat-obatan yang beredar di masyarakat ada yang tidak memiliki izin, termasuk obat herbal/jamu. Menurut dr. Hery Emria obat herbal yang izinnya tidak jelas jika dikonsumsi akan mempengaruhi fungsi ginjal. “Kami menjumpai pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal cukup berat sekitar 5 persen sehingga harus menjalani terapi cuci darah sebanyak 1 sampai 2 kali untuk memperbaiki fungsi ginjal sampai berfungsi normal,”tandasnya.

Lebih lanjut dr. Hery Emria mengatakan, dari hasil pemeriksaan beberapa pasien tersebut ternyata mengkonsumsi obat-obatan herbal/jamu yang tidak jelas isinya. Beberapa adalah obat pegal linu yang mengandung zat-zat yang justru bersifat merusak bagi ginjal. Namun dari obat-obatan yang ada tidak semuanya dapat merusak ginjal. Obat herbal/jamu dapat merusak ketika ada proses ekskresi di ginjal, yaitu antibiotik golongan aminoglycocide, seperti contoh spiramicin, amikasin yang bersifat nephrotoxic (merusak ginjal). Jika harus diberikan maka harus dilihat risiko dan keuntungannya serta melakukan monitor fungsi ginjal dan pengaturan dosis. Banyak zat-zat dalam obat herbal/jamu yang bersifat nephrotoxic contohnya yang terdapat dalam obat pegal linu yang dijual bebas.

“Zat-zat tersebut misalnya propane, reumacyl, poltharet yang jika digunakan dalam fungsi dan dosis yang benar tidak akan menimbulkan masalah,” jelasnya.

Pencegahan. Sebaiknya, saran dr. Hery Emria, masyarakat harus tahu benar kandungan isi obat herbal/jamu dan terbukti indikasinya. Terkadang ia dan rekan-rekannya menemukan di pasaran ada tiga jenis obat penghilang nyeri tulang yang kemudian dicampur menjadi satu.

“Ada pasien yang datang ke poli saya fungsi ginjalnya tinggal 5 persen. Ia sering minum empat jenis obat-obatan herbal yang biasa dijual di pasaran yang kemudian dicampur menjadi satu. Contohnya yaitu meloxicam 1 tablet, poltahret 1 tablet, propane 1 tablet, pretisol 1 tablet dan ini semua dicampur jadi satu. Meloxicam satu tablet sudah dapat merusak ginjal dan lambung, ditambah poltahret dan kedua jenis obat-obatan lainnya yang dicampur menjadi satu, dapat dibayangkan efeknya yang sangat merusak bagi ginjal,” terangnya.

dr. Maria Riastuti menilai ada anggapan salah masyarakat bahwa ketika minum obat dokter secara teratur dapat membuat ginjalnya ‘lelah’ sehingga mereka memilih untuk beralih ke obat herbal/jamu yang belum jelas mengontrolnya seperti apa, belum terukur daya kerjanya seperti apa serta belum jelas karena belum terdaftar di BPOM (Badan Pengawasan Obat Dan Makanan) RI. Ketika ada anggapan seperti itu lalu orang tersebut minum obat herbal atau jamu-jamuan lebih banyak lagi agar cepat sembuh, padahal ia tidak tahu bahwa itu justru akan membuat ginjalnya semakin rusak.

“Hal ini bukan hanya karena penyakitnya saja, tetapi zat-zat kimia yang terdapat dalam obat herbal atau jamu yang sebenarnya tidak boleh dikonsumsi terlalu banyak namun dikatakan ampuh sehingga terus dikonsumsi padahal obat herbal atau jamu kerjanya tidak secepat itu,” tegasnya.

Selain tindakan skrining sebagai deteksi awal, dr. Hery Emria menekankan bahwa penting untuk mengenali gejala-gejala yang muncul yang biasanya dikenali pada stadium akhir ataupun fungsi ginjal sudah dibawah 40 persen.

“Gejala-gejala yang muncul biasanya mual, muntah, pucat, kaki bengkak, serta darah tinggi dan ketika dijumpai gejala tersebut harus dilakukan pemeriksaan skrining,”tandasnya.

Menurut dr. Hery Emria untuk pencegahan pertama jangan sampai minum obat herbal/jamu yang tidak jelas isinya. Selain itu harus selalu mengontrol fungsi ginjal bagi orang yang mengalami diabetes dan hipertensi,” paparnya.

dr. Maria Riastuti menambahkan, berkaitan dengan gejala penyakit ginjal jika sudah sampai pada tahap berat, nafas akan berbau seperti bau urine (air seni). “Sakit pinggang tidak selalu berarti sakit ginjal karena ada kemungkinan penyakit lain, namun yang sering tidak diperhatikan oleh masyarakat adalah ketika sedang buang air kecil, air seni berbuih dan berubah warna menjadi warna merah serta ketika disiram terus berbuih, tidak turun buihnya ini menandakan proteinnya sudah bocor terutama pada penderita diabetes,” terangnya.

Menurut dr. Maria Riasuti, cara pencegahan ada beberapa namun yang paling sederhana dengan cukup meminum air putih satu setengah sampai dua setengah liter sehari tergantung ukuran tubuh. “Dengan minum air putih yang cukup kita membersihkan segala racun yang ada pada tubuh kita, tapi tidak perlu sampai enam liter sehari karena ini akan menmperberat kerja ginjal,” jelasnya.

dr Maria Riastuti juga menganjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah buahan dan olah raga lari atau berenang. Hal lain yang perlu diperhatikan jika minum obat herbal atau jamu-jamuan harus berhati-hati. “Setiap obat herbal atau jamu ada takarannya dan harus ada label dari BP POM RI karena ini mengenai standarisasi,” tandasnya.

To Top